Thursday, August 17, 2017

Dirgahayu RI; Antara Merdeka Dan Impor Buah

 بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu'alaikum, Sahabat...

Merdeka!
Inilah kata yang sering disebut-sebut di bulan Agustus setiap tahunnya. Namun masih banyak yang mempertanyakan "apakah kita sudah benar-benar merdeka?"


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merdeka artinya bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya), berdiri sendiri, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu.

Sudah selama 72 tahun Indonesia terbebas dari penjajahan, secara fisik, akan tetapi jika merujuk pada pengertian dari kata merdeka sendiri saya khawatir sebenarnya kita belum benar-benar merdeka.

Bukannya sedang meragukan kemerdekaan (dalam hal ini saya ingin katakan 'kemandirian') bangsa sendiri, hanya saja melihat kondisi negeri, merasakan bagaimana hidup bersama kebijakan dan peraturan yang bukannya semakin mengokohkan rasa merdeka itu tapi malah menurunkan daya diri, bangsa dan negara.

Lihat saja di sekeliling dalam kehidupan sehari-hari kita, salah satunya mengenai produk holtikultura atau budidaya tanaman kebun dan taman (karena saya suka bahas tentang buah dan sayur). Indonesia yang katanya memiliki tanah subur, bisa menumbuhkan kayu dan batu, ternyata masih harus mengimpor buah dan sayuran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Setelah selama ini juga mengimpor beras, kedelai dan bawang.



Di antara hasil tanaman yang diimpor adalah bawang putih, bawang putih bubuk, bawang merah, kubis, brokoli, kembang kol, jeruk, cabai kering, cabai bubuk dan olahan, jagung, kedelai, kelapa, lada, cengkeh, kakao, dan kentang.

Berikut saya copy paste artikel dari detik.com:

Meski punya predikat sebagai negara agraris, kebutuhan sayuran dan buah masih diimpor. Seperti dikutip dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Senin (20/3/2017), impor berbagai jenis sayuran Indonesia sepanjang Januari-Februari 2017 tercatat sebesar 148.216 ton, dengan nilai US$ 148,58 juta.
Impor tersebut naik jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2016 yakni, sebesar 120.258 ton dengan nilai US$ 99,56 juta. Impor sayuran terbesar berasal dari China, dengan volume 91.593 ton (US$ 106,37 juta), sisanya berasal dari Myanmar, Kanada, Ethiopia, Amerika Serikat, dan lainnya.
Pintu masuknya paling besar melewati Pelabuhan Tanjung Perak dengan volume 87.814 ton, kemudian Tanjung Priok sebanyak 35.157 ton, Pelabuhan Belawan 20.167 ton, Pelabuhan Batu Ampar 2.940 ton, dan Pelabuhan Tanjung Emas 441 ton.
Sementara untuk impor buah-buahan di peride Januari-Februari 2017 yakni sebesar 161.402 ton dengan nilai US$ 233,44 juta. Seperti halnya sayur mayur, impor buah terbesar juga paling banyak didatangkan dari China dengan volume 96.737 ton (US$ 137,36 juta), sisanya berasal Thailand, Pakistan, Amerika Serikat, Mesir, dan lainnya.
Buah impor ini paling banyak masuk melewati Pelabuhan Tanjung Perak sebanyak 103.329 ton, Pelabuhan Tanjung Priok 42.982 ton, Pelabuhan Belawan 10.044 ton, Pelabuhan Tanjung Emas 3.284 ton, dan Bandara Soekarno-Hatta 567 ton.
Produk hortikultura lainnya selain sayuran dan buah, Indonesia juga mengimpor komoditas anggrek. Bunga dengan nama latin orchidaceae ini diimpor dari Thailand dengan volume 3.903 ton senilai US$ 19 ribu, dengan pintu masuk lewat Bandara Soekarno-Hatta.


Belum lagi bahan-bahan lain semisal gula, sapi atau pun garam yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan hangat. Ada lagi yang lebih mengherankan, yaitu impor tenaga kerja. Bagaimana mungkin negara sampai kekurangan tenaga kerja, hingga harus mendatangkan orang luar?

Nyatanya Indonesia masih terlalu bergantung kepada negara lain. Tentu ini menjadi PR kita, segenap masyarakat Indonesia, untuk memerdekakan negara dengan kemerdekaan yang sesungguhnya. Tidak berperang bukan berarti tidak terjajah. Ketika rakyat masih merasakan pahit dan susahnya hidup itu artinya kemerdekaan kita masih belum tergapai.

Tentunya tak elok jika kita selalu membicarakan kurang dan lemahnya negeri kita tercinta ini. Bagaimanapun harus ada solusi dan upaya agar merdeka bukan hanya kata-kata tanpa makna, namun benar-benar hakikatnya dapat kita rasakan. Para pahlawan sudah berjuang melawan penjajah asing dan berhasil mengambil alih kepemimpinan atas Indonesia, kini kitalah harapan selanjutnya. Mulailah dari langkah-langkah kecil, sederhana dan tanpa ditunda-tunda.

Karena kebaikan-kebaikan kecil yang dilakukan itu lebih baik dan memberikan hasil daripada kebaikan besar namun hanya dilakukan sesekali saja. Saling mengingatkan dalam kebaikan dan menegur ketika ada yang melakukan kesalahan.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

#ODOP #bloggermuslimahindonesia #day17

1 comment: