Thursday, June 8, 2017

Menulislah Dengan Hati



     Emosi itu mempengaruhi gerak tubuh kan ya? Tangan, kaki, mulut apalagi pikiran kalau berbuat pasti sesuai dengan emosi yang sedang dirasakannya. Baik itu senang, marah, sedih ataupun kecewa semua akan berpengaruh terhadap hasil dari perbuatan dan kegiatan kita.

     Misalnya penulis, kalau nulis tanpa emosi jadinya tulisan hambar. Coba deh nulis dengan melibatkan emosi. Ide akan ngalir lancar dan deras seperti air terjun sampai jari jemari pegel ngetiknya.๐Ÿ˜…

     Saya udah coba, nulis pas lagi dongkol banget sama "rahasia dong ah" setelah debat trus kalah... hahah mau gimana lagi menumpahkan kekesalan selain "buang sampah" di word henpon kesayangan๐Ÿ˜›


     Hasilnya... ini nih sampahnya.. masih ori belum didaur ulang.๐Ÿ˜†๐Ÿ˜… Taruh sini aja buat kenang-kenangan, siapa tahu ntar bisa dibikin souvenir wkwk..

The Real of Beauty

     Nggak penting cantik fisik. Yang penting cantik dari dalam. Inner beauty itu lebih diutamakan.

     Sering banget kan dengar kalimat2 senada dgn di atas? Ntah apa maksudnya. Yang jelas ternyata slogan di atas tidak benar. Sebab dalam kenyataannya setiap orang selalu ingin terlihat cantik secara fisik. Dan akan mengabaikan cantik di dalam atau inner beauty.

     Mengapa banyak wanita memoles wajahnya dan mempermak sedemikian rupa hingga menghabiskan banyak biaya demi terlihat lebih baik/lebih cantik?

     Jawabannya mudah. Karena wanita ingin dipuji sebagai wanita yang cantik. Apalagi terhadap pasangannya. "Dunia rasanya kiamat" mungkin cocok bagi kondisi hati wanita ketika pasangannya memuji dan menyebut-nyebut kecantikan wanita lain. Efeknya wanita tersebut akan berusaha tampil seperti yang dianggap cantik oleh pasangannya.

     Ketika pasangan menyebut si anu cantik wajahnya bulat, bentuknya love dan kulitnya putih, rambutnya panjang bergelombang kekuning2an. Tentu saja si wanita yang tak lain adalah pasangannya itu berusaha tampil sesuai dengan kriteria cantik anggapan pasangannya. Meskipun berulangkali dia juga kadang dibilang cantik. Meskipun beribu2 kali dia bilang bahwa inner beauty itu lebih utama. Tapi tetap saja keinginan membentuk wajah panjangnya menjadi bulat itu ada. Mungkin berkeliling toko kosmetik mencari produk pemutih kulit dan memborong roll on, semir rambut serta berbagai macam alat make over. Tujuannya cuma satu, yaitu agar syarat kecantikan menurut pasangannya berubah menjadi hanya seperti dia. Setidaknya yang keluar dari mulut si pasangan ketika menyebut cantik itu adalah apa yang sudah dimiliki si wanita.

     Padahal bisa jadi dulunya si wanita selalu bangga dengan rambut hitam lurusnya yang seperti bintang iklan shampoo kenamaan. Meskipun yah, banyak helainya telah rontok dimakan usia. Dia pun lebih senang melihat wajah panjangnya dan kulitnya yang tidak putih tapi juga tidak hitam. Lalu apakah kita harus katakan padanya "Salah sendiri kamu milih pasangan yang dia nya nggak kamu banget.." Atau katakan saja pada si lelaki "Mengapa tidak kamu buang saja dia, carilah wanita China, Arab atau Jawa yang lebih sesuai dengan seleramu?

     Aduh, janganlah. Sadis banget kamu ngatain begitu. Itu bukan solusi yang baik.

     Karena hidup ini adalah menyesuaikan perbedaan dan menyelesaikan persoalan, maka yang terpenting bagi wanita bukan setengah mati merubah wajah dan bentuknya akan tetapi berusaha menerima dengan ikhlas apa yang sudah diberikan oleh Yang Maha Kuasa dan Maha Membuat terhadap dirinya. Semua itu pastilah baik dan sesuai dengan kebutuhannya. Dan yang lebih penting tak perlulah dia sampai over make over bahkan sampai oplas hanya karena terlalu mendengarkan aspirasi pasangannya. Jika hanya mengikuti apa maunya orang lain kita akan lelah mengejarnya.

     Manusia tak akan pernah puas. Besok bilang si A ideal, esoknya ternyata bilang si C yang ideal, yang kasihan tentu saja si B. Dia tidak pernah disebut ideal dan harus menerima nasibnya begitu. Kalau dia orang yang mempedulikan ucapan orang lain dia akan stress dengan kondisinya dan sibuk mengubah tampilan sesuai dengan apa menurut orang lain. Tapi kalau dia memiliki pikiran positif tentang penciptaan, maka dia tidak akan tergugah. Dia akan kuat setegar karang, menjadi diri sendiri apa adanya dan mensyukurinya.

     Adapun si lelaki baiknya dia berkaca, belum tentu dirinya merupakan refleksi ideal menurut pasangannya. Tapi toh pasangannya tidak mempermasalahkan hal itu. Karena wanita lebih suka memilih lelaki baik hati meskipun buruk rupa. Mestinya dia belajar dari hal ini. Lalu memahami bahwa tidak ada manfaatnya menyebut-nyebut kecantikan versi dia. Yang ada hanya menimbulkan penyakit hati dan persepsi keliru terhadap esensi estetika. Memang kita sudah faham bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Kita juga sudah mengerti dan memahami bahwa adalah hak setiap orang untuk memiliki selera tertentu terhadap sesuatu apapun itu. Yang harus dilakukan adalah menerima kondisi dengan ikhlas.

     Apa itu ikhlas?


     Ikhlas itu bukan sekedar materi akidah yang harus terus dibahas berulangkali tanpa ada tindakan aplikatifnya. Itu hanya akan menjadi seperti kapuk yang beterbangan lalu hilang tertiup angin.
@@@@@

      Haha.. ya begitulah. Tulisan di atas kutulis dengan nyaris tanpa jeda. Mengalir deras seperti air sungai yang sedang meluap. 
Sayang jempol๐Ÿ‘๐Ÿ‘eh๐Ÿ˜…


No comments:

Post a Comment