Friday, July 19, 2013

TUJUAN HIDUP MANUSIA

بسم الله الرحمن الرحيم

Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati. Begitupula manusia. Allah SWT telah menyiapkan tempat akhir bagi manusia setelah kematiannya, yaitu surga dan neraka. Bagi yang mendapatkan kunci melalui tangan kanannya maka ia memiliki lisensi untuk masuk ke dalam surga yang kenikmatannya berjuta kali lipat kenikmatan dunia.

Image credit: linkedin


Sedangkan bagi orang-orang yang mendapatkan kunci melalui tangan kirinya maka bersiaplah untuk merasakan azab yang tak pernah terlintas dalam benak manusia manapun. 
Dalam menapaki perjalanan hidup di dunia menuju akhirat nanti, manusia terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu:

 1. Hidup hanya untuk menanti datangnya siksa, seperti dalam QS. at-Taubah: 24, yaitu sebagai berikut:

 قل إن كان آباؤكم وأبنآؤكم وإخوانكم وأزواجكم وعشيرتكم وأموال اقترفتموها وتجارة تخشون كسادها ومساكن ترضونها أحب إليكم من الله ورسوله وجهاد في سبيله فتربصوا حتى يأتي الله بأمره والله لا يهدي القوم الفاسقين 

Artinya: 
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."

Pada ayat di atas terdapat kata-kata تربص yang artinya tunggulah, hal ini mengisyaratkan bahwa terdapat sebagian manusia yang menunggu keputusan Allah (siksa-Nya). Ayat tersebut dengan jelas menyebutkan indikasi orang-orang yang tujuan hidupnya jauh dari mendapatkan ridho Allah. Indikasi tersebut yaitu ia lebih memilih dunia di dalam kehidupannya dan jauh dari petunjuk Allah. Disebutkan bahwa bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang diusahakan, perniagaan yang dikhawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang disukai lebih dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya. 

Ini berarti bahwa hidupnya hanya bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan duniawi saja tetapi mengabaikan kenikmatan ukhrawi. Sehari-harinya yang dipikirkan dan yang urusi hanyalah keduniawian yang jelas-jelas fana dan tak kekal. Bahkan karena sibuknya dengan dunia sampai-sampai melupakan akhirat.

 2. Menjual kehidupan di dunia untuk mendapatkan surga. Allah SWT berfirman dalam QS. as-Shaff pada ayat 10-12 yang berbunyi:

 ا أيها الذين آمنوا هل أدلكم على تجارة تنجيكم من عذاب أليم (10) تؤمنون بالله ورسوله وتجاهدون في سبيل الله بأموالكم وأنفسكم ذلكم خير لكم إن كنتم تعلمون (11) يغفر لكم ذنوبكم ويدخلكم جنات تجري من تحتها الأنهار ومساكن طيبة في جنات عدن ذلك الفوز العظيم (12) 

Artinya: 
(10) Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih? (11) (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, (12) Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. 

Ketika kehidupan ditujukan hanya kepada Allah SWT semata maka secara otomatis Allah SWT akan membalas dengan balasan yang pantas dan setimpal yaitu surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Tentu saja ini merupakan kenikmatan yang tidak pernah ada di dunia. 

Adapun kenikmatan tersebut hanya diberikan kepada orang-orang yang telah diberi lisensi oleh Allah SWT, yaitu seperti yang tercantum dalam surat as-Shaff ayat 11 di atas. Setiap yang kita berikan dari kehidupan dunia untuk mendapatkan kemuliaan di akhirat kelak akan mendapatkan balasan berupa jaminan tempat yang baik di dalam surga. Bahkan seluruh keluarga kita pun akan ikut menikmati apa yang telah kita usahakan. 

Sebaliknya jika kita lebih dominan kepada urusan dunia dan melupakan kehidupan akhirat kelak maka yang kita dapatkan hanyalah kekecewaan dan penyesalan. Ibarat menanam tumbuhan tentu buah atau hasil dari pohon yang kita tanam tak jauh berbeda dari bibit yang kita gunakan. Maka begitulah amal yang kita kumpulkan dalam kehidupan dunia. Jika amal yang kita tabung untuk persiapan di akhirat kelak adalah amal yang baik maka kebaikanlah yang kita terima. Sedangkan jika yang kita kumpulkan adalah amal yang buruk maka keburukan pula yang kita dapatkan kelak.


No comments:

Post a Comment